Meningkatkan imam dan takwa.

Meningkatkan imam dan takwa.

Keimanan dan ketakwaan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, banyak terdapat dalam Al-Quran tentang kedua kata ini. Takwa ini sangat penting, kalua kita kehilangan takwa karena kita bermsiat kepada Allah, maka hati kita akan menjadi kotor, kalau hati sudah kotor maka hidayah tidak bisa masuk. Hal ini yang menyebabkan manusia tidak bisa membedakan yang khaq dan batil bahkan membuat manusia tidak takut dan tidak malu lagi kalau berbuat dosa.

Takwa adalah sebuah proses. Layaknya tangga titian, maka ia mempunyai anak tangga sebagai jenjang untuk mencapainya. Para ulama terdahulu telah mengajarkan bagaimana mencapai derajat sebenar-benarnya takwa. Tak lain takwa merupakan buah dari keimanan yang kokoh yang dipupuk dengan khauf (merasa takut dan murka Allah), Raja’ (selalu berharap atas limpahan rahmat Allah) dan Muroqobatullah (merasa dalam pengawasan Allah).

Proses pertama yang harus dilalui dalam perjalanan menuju Takwa adalah Khauf. Untuk menumbuhkan rasa Khauf kita harus mengenali dosa dan akibatnya. Mengenal apa saja yang dilarang oleh Allah dan mengenal dampak dari adzam dari siksa dosa tersebut. Ada kalanya seorang melakukan dosa dikarenakan bahwa yang dilakukanya adalah perbuatan yang dilarang oleh Agama. Terlebih jika hal itu lumrah dikalangan nasyarakan, akan menjadi kesalah kaprahan. Terlebuh da Zaman modern sekarang, tak sedikit perbuatan dosa dan maksiat lalu direkayasa sedemikian rupa sehingga taknama lagi keburukanya. Alhasil, manusia tak mampu lagi membadakan lagi antara yang Haq dan yang batil, teman dan pacar, halal dan haram, hadiah dan suapa, antara jual beli dan riba, antara seni dan pornografi  dan lain sebagainya.

Setelah mengenali dosa-dosa, hendaknya ia menyadari bahwa dosa sekecil apapun akan di catat dan dibalas dengan siksanya Allah pada hari pembalasan nanti. Bisa jadi dosa-dosa yang tidak diperhitungkan ini akan mengglincirkan manusia kedalam neraka. Berikutnya manusia hendaknya kawatir sekiranya ia tidak mampu bertobat, baik keika ajal telah menjemput maupun dosa-dosa yang sudah membelenggu yang menyebabkan hati kotor. Mungkin awalnya coba-coba akirnya terjerat dan mengulangi lagi hingga ia susah untuk menghentikan kebiasaanya tersebut, dan akirnya ajal menjeput sebelum ia sempat bertaubat kepada Allah.

Suatu hal yang pasti, setiap perbuatan dosa pasti akan berpeluang menelorkan dosa-dosa yang lain. Orang yang berjudi misalnya, kalau dia menang dari hasil yang haram tersebut, maka pasti ia gunakan untuk, berpoya-poya, mabuk, maksiat, bahkan  berzina. Tidak mungkin ia gunakan untuk menyumbang masjid, bersedah ke panti asuhan, itu tidak akan mungkin. Sebaliknya jika ia kalah dalam berjudi, maka ia akan memeras, merampok, pembunuhan dan perbuatan yang lain.

Proses kedua ketakwaan adalalah Raja’ atau harapan limpahan rahmat Allah kepada hambanya, untuk mengenali harapan ini hendaknya manusia mengenali setiapa amalan kebaikan dan keberkahanya. Melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjahui apa yang di larang. Mualai aktifitas dari bangun tidur hingga tidur lagi dari awal kehidupanya sampai ajal menjemputnya.

Seringkali manusia melakukan kebaikan dikarenakan insting, bukan karena perintah Allah.
 Karena itu Allah memerintahkan untuk berbuat kebaikan dari hal yang terkecil sampai hal-hal yang besar. Sehingga untuk setiap tingkatan kebaikan Allah menyediakan ganjaran bagi yang melakukan. Setiap amalan-amalan kebaikan sekecil apapun sesungguhnya itu tidak akan di sia-siakan Oleh Allah. Dalam QS. Hud:115 Allah berfirman: “......sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan” 

Proses berikutnya adalah Muroqobatullah atau merasa dalam pengawasan Allah. Setiap muslim selalu siap melaksanakan perintah Allah. Dimanapun dan kapanpun, ketika sendirian atau sendirian, dilihat orang atau tidak, kalau manusia sudah memiliki rasa Muroqobatullah maka ia akan melakukan karena Allah, karena susungguhnya Allah maha mengatahui apa-apa yang dilakukan oleh manusia. Jika diri ini merasa di awasi oleh Allah maka kita akan selalu takut apa bila hendak melakukan kemaksiatan.



By:  fauzi fii sabilillah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar